Keunggulan ikan cupang hias hasil budidaya para peternak dalam negeri tersebut kalah promosi. Akibatnya, banyak pehobi ikan cupang hias yang membeli ikan cupang dari Thailand. Bahkan, dalam ajang Kontes Ikan Hias Mas Koki dan Cupang di Raiser Ikan Hias Cibinong, Jawa Barat, Agustus 2009, tidak banyak peminat dan pehobi yang datang menyaksikan kontes tingkat nasional itu.
Ketua Panitia Kontes Ikan Hias Mas Koki dan Cupang di Raiser Ikan Hias Cibinong Raymond H Tanner mengemukakan, sarana promosi dan pemasaran ikan mas koki dan cupang hias produksi Indonesia belum optimal sehingga keunggulan ikan hias hasil budidaya dalam negeri itu belum terangkat.
”Masih ada keraguan pasar domestik terhadap kualitas ikan mas koki dan cupang hasil produksi dalam negeri,” ujarnya.
Menurut Hendy, pengembangan ikan cupang hias tidak membutuhkan perawatan khusus. Hanya butuh waktu dan ketekunan dalam proses menjodohkan ikan cupang. Hal ini karena ikan cupang jantan sangat pemilih dalam menentukan pasangan.
”Kalau seekor ikan cupang jantan tidak mau dipasangkan dengan cupang betina, si betina bisa dihajar habis,” ujar Hendy.
Selain itu, pascapemijahan diperlukan pengawasan. Sebab, ada kecenderungan ikan cupang betina yang telah menghasilkan telur akan disingkirkan oleh cupang jantan. Cupang jantan cenderung merawat sendiri telur dan anakan. Sebaliknya, cupang betina cenderung memakan telur hasil pemijahan. Saat ini, pemasaran sebagian ikan cupang dilakukan melalui internet. Melalui pemasaran berbasis internet itu, produk ikan cupang dalam negeri bisa laku dijual hingga ke benua lain. Ikan cupang yang diekspor umumnya berkualitas tinggi, yaitu berukuran tubuh lebih dari 4,5 sentimeter, dengan harga jual minimal ratusan ribu rupiah.
”Semakin bagus bentuk tubuh, fisik, dan sirip ikan cupang, harga jualnya makin bagus. Bisnis ini menguntungkan karena tidak ada standar atau patokan harga tertentu. Harga bergantung minat,” ujar Hendy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar