Dari mana lagi sesama penggemar ikan cupang berinteraksi kalau tidak lewat mailing list (milis) di internet. INBS generasi pertama diketuai oleh Abdul Sahal (46), wartawan Republika. Milis dibentuk menyusul kelahiran komunitas ini pada tahun 2001. Hingga kini anggota milis mencapai ratusan orang di seluruh Indonesia. ”Komunitas kami sudah menjadi bagian dari komunitas ikan cupang dunia,” terang Sahal.
Maksudnya, INBS mendapat sertifikasi dari International Betta Congress (IBC), komunitas tingkat dunia penyelenggara kegiatan-kegiatan internasional yang berhubungan dengan ikan cupang yang dibentuk tahun 1966. ”Kalau ada kontes ikan cupang sedunia, kami selalu ngirim perwakilan, bisa ikannya saja atau ikan dan pemiliknya. Kami masuk chapter Asia Tenggara,” jelas Sahal. Ditambahkan, tempat kontes berpindah-pindah, bisa di Asia, Eropa, atau Amerika.
Soal kontes-kontesan, Indonesia selalu percaya diri. Itu lantaran habitat asli ikan ini memang kebanyakan di Asia Tenggara. termasuk Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera. Indonesia paling bangga mengirimkan jenis ikan cupang serit atau crowntail. ”Kami selalu juara kalau kontes ikan serit karena memang jenis ini yang paling bagus ya dari Indonesia,” ujar Toni. Namun, untuk jenis halfmoon dengan ekor mengembang membentuk huruf D, jagonya adalah negara Swiss.
Menjadi bagian dari IBC bukan untuk gagah-gagahan, namun pembuktian keseriusan menggauli hobi budidaya ikan cupang. ”Kegiatan lain adalah konservasi alam. Ini untuk mengubah anggapan orang bahwa cupang tidak untuk diadu, namun untuk dinikmati dan dibudidaya,” terang anggota lain, Gempur Susetyo Hadi (40), karyawan Bank Mandiri.
Hanya seperempat dari anggota INBS yang benar-benar menekuni cupang untuk bisnis. Selebihnya karena hobi, seperti diakui Rahman, karyawan marketing perusahaan alat berat. Arif Rifai (22), pegawai Departemen Perhubungan, paling suka memotreti cupang-cupang yang sedang berenang. ”Untuk melatih keterampilan motret, he-he-he,” sahutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar